Sunday, July 27, 2008

Santri Berdasi

Ini kantor atau pesantren?
Tanya seorang teman, yang datang bertamu ke sebuah kantor pada waktu sesaat setelah makan siang, dimana dia melihat suasana yang begitu indah.

Tentu itu pertanyaan diatas ngasal saja, karena teman tersebut belum pernah ’nyantri’ secara formal sehingga tidak tahu suasana sebenarnya di pesantren, kecuali pernah beberapa kali berkunjung ke sebuah ’pesantren virtual’ di Bandung. Namun suasananya memang jelas tertangkap, berbondong-bondong yang perempuan, semuanya berhijab, mereka menenteng mukena sambil sesekali bercanda. Yang lelaki bergerombol pula, wajahnya teduh tanda selesai berwudhu dan selesai ibadah berjamaah, sebagian membawa mushaf di tangannya, sebagian mengobrol saling bersahutan membicarakan isi tausiyah ustadz saat ta’lim barusan.

Siang itu, jamaah tersebut baru bubar dari sebuah ta’lim akbar.
Seandainya kawan ini datang beberapa bulan setelahnya, warna beragama ini berlipat 10 karena memasuki bulan Ramadhan.

Begitu pula terbitnya Islam dari tempat yang paling tak terduga, saat ini menjadi suatu fenomena yang gejalanya mulai jamak. Gejala ini muncul bersamaan, misalnya kesadaran berIslam dengan benar saat ini mungkin tidak terjadi di negara-negara Arab yang notabene tempat lahir agama terakhir. Islam menguat di Indonesia yang dakwahnya justru mendapat banyak tekanan selama lebih dari 3 dasawarsa, atau justru menguat di Eropa, tempat kantung agama Kristiani. Di Belgia, sudah hampir sama jumlah orang bernama depan Muhammad atau Ahmad dibanding James atau Smith atau John atau David. Dan InsyaAllah pada tahun 2020, Eropa akan lebih didominasi Muslim.

Islam juga tumbuh subur di berbagai masjid kampus biasa yang mungkin berstempel ’sekuler’, bukan lagi di UIN (dulu IAIN) yang kurikulumnya justru ditunggangi dengan terang-terangan oleh orientalis-liberalis yang malah menjauhkan mahasiswanya dari Islam. Kampus-kampus ”biasa” itu melahirkan militan-militan dakwah yang akhirnya membawa bendera kebangkitan Islam masuk ke berbagai sendi hidup negara ini.

Islam juga menjadi gaya hidup dan nge-trend justru di perusahaan-perusahaan swasta nasional atau asing, atau BUMN, bukan di Departemen Agama yang mestinya menjadi tempat orang paling shalih. Departemen ini tercatat sebagai institusi ke-2 paling korup dibawah departemen satu lagi yang mengurus pendidikan ! Sementara di perusahaan yang terlihat sangat modern tadi, syariat malah dijalankan, spiritualisme kerja diagungkan, zakat disalurkan, shalat berjamaah digalakkan, ta’lim dirutinkan. Subhanallah.

Di negeri ini, dulu orang berIslam di pojokan, mushalla berada di basement dan tempat paling dasar dari bangunan, karyawan malu-malu berjilbab dan pergi ke pengajian.

Sekarang ? Mari mensyukuri trend Santri Berdasi. Profesional yang bangga berIslam. Orang-orang cerdas dan pandai dengan daya rubah besar, baik di lingkungan kantor, keluarga dan organisasi. Mereka menggerakkan dakwah, logis, bergelombang begitu indah. Tidak kolot dan bau. Sebaliknya mereka wangi, ganteng dan ayu.

Santri yang menghapus dikotomi ibadah ritual dan profesional. Mereka jujur dalam puasa, dan jujur dalam transaksi bisnis. Mereka sayangi anak yatim, sama sayangnya terhadap tim sales force yang ia pimpin.

Santri engineer yang membawa Mushaf Quran di dalam tas laptop mereka, mereka membacanya menjelang rapat dimulai atau di saat utama waktu dhuha. Mereka letakkan tafsir Ibnu Katsir di meja kerja, diaksesnya setiap ada kesempatan. Finance executive yang mereview laporan keuangan dan mengambil keputusan sambil mendengarkan muratal atau nasyid yang menyejukkan.

Hatinya mengglobal, menyatu bersama saudaranya di seluruh dunia. Perasaan satu iman ini memicu koneksi melebihi kecepatan ultrahighspeed broadband, sehingga ketika harus keluar harta terbaik dari sakunya untuk saudara-saudaranya yang tertindas di bumi Aceh dan Ambon hingga Palestine, Chechnya ataupun Kashmir, reaksinya sangat cepat. Tersentuh ketika saudaranya di Irak dan Afghanistan ditindas. Gembira ketika sekularisme tumbang di Turki.

Di satu titik pertemuan, mereka membaca, menghafal dan mengkaji Quran bersama-sama. Membagi dan mengkaji ilmu dalam sebuah lingkaran. Berbagi berita dakwah, saling mengingatkan, sering berbagi ilmu tentang islam melalui obrolan dunia maya seperti forum milist, YM ataupun Blog. Mereka saling menguatkan dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.

Mereka menegakkan syariat di dalam perusahaan dalam disiplin masing-masing dan dengan bangga bercampur tawaddu mengatakan ”Yes, I am a Muslim”. Dan mereka berusaha menjadi profesional muslim dan muslim yang profesional dibidangnya.


(sumber : milist)

Tuesday, July 22, 2008

Hafalan Surat Delisa

Hafalan Surat Delisa
Author : Tere-liye
published 2007 by Republika


Review by : Nicegreen on http://www.goodread s.com/book/ show/1376220.
Hafalan_Shalat_ Delisa



Ada sebuah keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan ajaran
Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi
Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si
kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.



Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadariny a sholat
jama'ah.
Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal
tanker perusahaan minyak asing - Arun yang pulangnya 3 bulan sekali.
Awalnya Delisa susah sekali dibangunkan untuk
sholat subuh. Tapi lama-lama ia bisa bangun lebih dulu ketimbang Aisyah.
Setiap sholat jama'ah, Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat
keras-keras agar Delisa yang ada di sampingnya bisa mengikuti bacaan
sholat itu.



Umi Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah kalung emas
kepada anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.
Begitu juga dengan Delisa yang sedang berusaha untuk menghafal bacaan
sholat agar sempurna. Agar bisa sholat dengan khusyuk. Delisa berusaha
keras agar bisa menghafalnya dengan baik. Selain itu Abi Usman pun
berjanji akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisa menghafal bacaan
sholat dengan sempurna.



Sebelum Delisa hafal bacaan sholat itu, Umi Salamah
sudah
membelikan seuntai kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa.
Delisa senang sekali dengan kalung itu. Semangatnya semakin
menggebu-gebu. Tapi entah mengapa, Delisa tak pernah bisa menghafal
bacaan sholat dengan sempurna.




26 Desember 2004



Delisa bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya
nyaris sempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba Delisa
lupa bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa
mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak
untuk mengingatnya. Umi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai
oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa.
Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman
tentang
bagaimana khusuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya.
"Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya
satu." Nah jadi kalian
sholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di
sekitar, tetap khusuk.



Delisa pelan menyebut "ta'awudz". Sedikit gemetar membaca
"bismillah". Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara
dan
hatinya pelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar".



Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai
bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis
di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA.
Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer.
Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian mencuat.
Mengirimkan pertanda kelam menakutkan.



Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias
lebur seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa,
tepat ketika Delisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti" , lantai sekolah
bergetar hebat. Genteng sekolah
berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam
menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama
kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik.



Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh.
Pecah berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa.
Menembus bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar.
Anak-anak berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu.
Situasi menjadi panik. Kacau balau. "GEMPAR"!



"Innashalati, wanusuki, wa-ma... wa-ma... wa-ma-yah-ya,
wa-ma-ma-ti. .."



Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya
Allah, Delisa takut... Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah
membasahi baju putihnya. Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz
Rahman, sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat sholat ketika
punggungnya digigit kalajengking?



Delisa ingin untuk
pertama kalinya ia sholat, untuk pertama
kalinya ia bisa membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin
seperti sahabat Rasul. Delisa ingin khusuk, ya Allah...



Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok
sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi
yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras ...
SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi.
Delisa ingin khusuk.. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami
sempurna sudah membungkusnya. . Delisa megap-megap. Gelombang tsunami
tanpa mengerti apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnya
keras-keras. Kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih bersisa.
Delisa terus memaksakan diri, membaca takbir setelah "i'tidal..."
"Al-la-hu-ak- bar..." Delisa harus terus membacanya! Delisa tidak
peduli
tembok yang siap menghancurkan
kepalanya.



Tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum
kepalanya menghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari "Arasy
Allah." Tembok itu berguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala
mungil Delisa yang terbungkus kerudung biru. Air keruh mulai masuk,
menyergap Kerongkongannya. Delisa terbatuk. Badannya terus terseret.
Tubuh Delisa terlempar kesana kemari. Kaki kanannya menghantam pagar
besi sekolah. Meremukkan tulang belulang betis kanannya. Delisa sudah
tak bisa menjerit lagi. Ia
sudah sempurna pingsan. Mulutnya minum berliter air keruh.
Tangannya juga terantuk batang kelapa yang terseret bersamanya. Sikunya
patah. Mukanya penuh baret luka dimana-mana. Dua giginya patah. Darah
menyembur dari mulutnya..



Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas
kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan
sekencang yang ia
bisa dengan kerudung itu. Lantas sambil
menghela nafas penuh arti, melepaskan papan itu dari
tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencang
diatasnya.



"Kau harus menyelesaikan hafalan itu, sayang...!" Ibu Guru Nur
berbisik
sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu
Guru Nur bersiap menjemput syahid.



Minggu, 2 Januari 2005

Kenangan Jadul ;p

Kepada Para Mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga

Untuk negeri tercinta


hm...k'lo inget lagu itu, pasti inget anak BEM Kema Unpad
Yup, soalnya, lagu ini biasa dinyanyiin klo anak2 BEM Kema Unpad lagi ngumpul
Lagu ini nggak cuma milik BEM Kema Unpad


Pastinya, mahasiswa di seluruh Indonesia yang ngaku aktivis, pasti kenal lagu ini
Ato, pastinya pernah menyanyikan lagu ini penuh haru...


Jadi inget, waktu aksi turun ke jalan...
Jadi inget, waktu rapat-rapat macem-macem...
Jadi inget, waktu itu.. Waktu kita masih mahasiswa dulu....


Kawan-kawan...
Apa khabar kalian....
Smoga, idealisme itu tetap terpatri dalam dada....


NB: Spesial kangennnn buat temen2 BEM Kema Unpad 2005-2006, miss u all....

12 Tips Jitu Menjepret Foto Candid

Dalam fotografi, kita mengenal istilah candid camera. Ini berarti bahwa subjek yang kita potret tidak dalam kondisi berpose atau 'sadar' kamera. Hasilnya pun terlihat lebih natural, spontan, dan tidak dibuat-buat.

Untuk candid camera, kita tidak perlu dipusingkan dengan berbagai macam teknik yang rumit. Meski demikian, untuk mendapatkan hasil jepretan yang memikat, ada kiat-kiat khususnya. Berikut 12 tips jitunya:

1. Bawa kamera kemana pun Anda pergi. Siap-siaplah untuk menjepret setiap saat, karena momen menarik bisa hadir di depan mata kapan saja.

2. Perhatikan kondisi sekitar Anda. Hal-hal sederhana bisa menjadi objek menarik untuk dibidik dengan kamera Anda. Misalnya, pemilik toko yang tengah melamun, orang yang sedang menunggu kereta api, lansia yang duduk di sebelah Anda, dua
sejoli yang sedang berpacaran dan sebagainya.

3. Sigaplah untuk siap membidik, karena tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk mengambil gambar secara candid. Jadi ketika ada momen bagus, jangan ragu untuk langsung menjepret.

4. Jangan terlalu memusingkan teknik-teknik lighting yang rumit. Berfokuslah pada teknik yang sederhana, dan gunakan fitur otomatis kamera. Ini akan memudahkan Anda. Berbagai masalah teknis, seperti gambar terlalu terang atau gelap dapat disiasati dengan editing komputer.

5. Setinglah kamera pada ISO 400, sehingga kamera menggunakan shutter speed yang cepat. Hal ini memungkinkan Anda untuk menangkap momen dengan tepat meski Anda sedang bergerak.

6. Anda tidak perlu selalu memotret dengan kamera pada posisi mata. Mungkin, Anda bisa meletakkan kamera di pinggang saat mengambil gambar. Di sini memang dibutuhkan pengalaman dan keberuntungan untuk mendapatkan gambar yang bagus.

7. Gunakan lensa zoom paling maksimal sehingga Anda dapat menjaga jarak dari subjek jepretan Anda saat memotret.

8. Jangan pernah mengambil foto punggung orang, ini akan menghasilkan gambar yang membosankan.

9. Cobalah untuk meng-convert gambar ke posisi 'Black and White' untuk mendapatkan hasil yang lebih emosional.

10. Momen 'orang sedang melakukan sesuatu' akan menjadi foto candid yang bagus. Misalnya, atlet, pedagang, petani. Cobalah untuk meng-capture inti dari pekerjaan orang tersebut. Misalnya, meng-capture tukang ledeng yang sedang berkutat memperbaiki pipa bocor atau yang lainnya.

11. Jika Anda berada di tempat umum, sah-sah saja memotret orang. Jika Anda merasa tidak enak untuk mengambil gambar orang tanpa sepengetahuannya, tak ada salahnya Anda meminta izin. Mintalah subjek untuk tidak berpose, bersikap senatural mungkin dan tetap melanjutkan aktivitasnya.

12. Jangan pernah bosan untuk berlatih dan mencoba terus-menerus. Cobalah berbagai macam angle, tempat dan scene yang berbeda-beda. Anda juga bisa mencari inspirasi dari foto candid orang lain. Latihan terus menerus akan mengasah kemampuan Anda.

Sumber: detik.com

Saturday, July 05, 2008

Manusia Biasa

Mengapa?? Karena Dia Manusia Biasa
by Ugik Madyo

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan
yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu?
Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban
duniawi (cakep atau tajir :D manusiawi lah :P). Tapi ada satu jawaban yang
sangat berkesan di hati saya. Hingga detik ini saya masih ingat setiap
detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah.
Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2
bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam
waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak akan heran.
Proses pernikahan seperti ini sudah lazim. Dia bukanlah akhwat, sama
seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat
berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya
sulit untuk membuka diri. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak
menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya
berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya
menangis lagi.
Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya.
Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses
pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli. Saya pengin tau,
kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu. Ada apakan gerangan? Tentu
suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini.
Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya).
Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia
telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali
saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya.
That's all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.
Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya
memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa
ngobrol -hanya- berdua. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi,
sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang
banyak hal. Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang
ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya. Beberapa
kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita tidur.
"Aku gak bisa tidur." Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham
kondisinya saat ini.
"Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah tidur."
"Iya.. ya." Dia mematikan lampu neon kamar dan menggantinya dengan lampu
kamar yang temaram. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Suatu
hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan. Kita berbicara banyak hal,
tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat
jelas dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang menerangi kamar
saat itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan yang selama
ini saya pendam.
"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari
tidurnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Berlahan dia membuka laci
meja riasnya.
Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran kertas didalamnya.
Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan selembar amplop pada
saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop
surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya
memandangnya tak mengerti. Eeh, dianya malah ngikik geli.
"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya
menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat diatas
dideretan paling atas.
"Busyet dah nih orang." Saya menggeleng-gelengka n kepala sambil menahan
senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai
membacanya.
Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi
surat itu.
    Kepada YTH
    Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon
    kakak buat adik-adik saya
    Di tempat
    Assalamu'alaikum Wr Wb
    Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini
    hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya
    mohon, bacalah dulu sampai selesai.
    Saya, yang bernama ...... menginginkan anda untuk menjadi istri saya. Saya
    bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya
    pekerjaan.
    Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi
    yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan
    istri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih kontrak rumah.
    Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti,
    saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan
    dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak
    kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi
    saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya
    hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja.
    Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan
    merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita
    nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh
    saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah
    yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu
    kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan
    saya semakin mantap memilih anda.
    Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya
    menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya
    tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin
    menjadi lebih baik dari saat ini.
    Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya
    kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan
    jalan yang kita tempuh ini. Amin
    Wassalamu'alaikum Wr Wb

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini
saya membaca surat 'lamaran'
yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis.
Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga.
Surat cinta minimalis, saya menyebutnya :D. Saya menatap sahabat disamping
saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.
"Kenapa kamu memilih dia."
"Karena dia manusia biasa." Dia menjawab mantap. "Dia sadar bahwa dia
manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku
tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa.
Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari.
Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku."
"Maksudnya?"
"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih
ada. Iya kan ? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau
suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha."
"Ssttt." Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita belum
tidur. Terdiam kita memasang telinga.
Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling
berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing. "Udah
tidur. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama." Kita kembali
rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan kita tadi masih
terngiang terus ditelinga saya.
"Gik..."
"Tidur. Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia
tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah,
kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih.
Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu.
Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang
mengatur segala kehidupannya.
Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh
ditiupkan dalam rahim.
Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahnnya
kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban
tapi sebuah 'proses usaha'.
Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan
'nama'.
Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan.
Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan
yang utama.
Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah.
Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua
menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.
Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu
menyegerakan sebuah pernikahan. Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah.
Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua
yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.
Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses.
Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar
cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan
yang suci. Witing tresno jalaran garwo(sigaraning nyowo), kalau
diterjemahkan secara bebas. Cinta tumbuh karena suami/istri (belahan
jiwa).
Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha
menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin.

Friday, July 04, 2008

Yang Berilmu Lebih Utama dari pada Yang Ahli Ibadah?


Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim (orang berilmu) atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”

(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Kenapa Harus Berteriak?

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya,

“Mengapa ketika seseorang sedang marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”


Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab,

“Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”


”Tapi...” sang guru balik bertanya, ”lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tidak dapat berbicara secara halus?”

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang guru lalu berkata,


”Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara dua hati mereka menjadi amat jauh walaupun secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu, mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”


Sang guru masih melanjutkan,

”Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara, suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkan dengan begitu jelas. Mengapa demikian?” sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.


”Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya, sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”

Sang guru masih melanjutkan,


”Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin disaat itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda.”


(sumber:e-book motivasi)

Kertas Putih Hati Kita

"Past is a history, Next is a mistery, but today is A GIFT"


Masa lalu, seperih apapun
Tetap telah mengajarkan banyak hal
Bukankah guru yang paling berharga adalah pengalaman?

Hati ibarat kertas kosong nan putih bersih
Polos...
Banyak yang datang dan pergi dalam hidup kita
Menorehkan suka cita, duka, maupun kesenangan,...

Tatkala kita merasa sakit...
Anggaplah seseorang telah menorehkan sesuatu (luka)
Di kertas putih itu...

Sebagai manusia,
Sakit hati memang tak terhindarkan
Tapi, lihatlah kertas putih itu...
Meskipun seseorang telah menorehkan luka disana...
Tapi...kertas putih itu tak lagi kosong...
Kini kertas putih itu berisi...
Berisi sesuatu yang berharga...
Sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran penting dalam hidup...

Moment tak pernah kembali...

Apapun...
Percayalah...
Tuhan kita Maha Adil...
Yakinlah...
Yang terbaik, hanya untuk kita....


Kebayoran Lama, 2 Juli 2008
21.45 WIB

Blajar Dari Orang Terkaya di Dunia

Semoga bermanfaat,
sekadar forwardan

Warren Buffet Orang Terkaya di DUNIA.......
Tulisan berikut merupakan rangkuman 1 jam wawancara dengan,
Investor Legendaris nomor satu di dunia di CNBC.

Warren Buffet saat ini adalah orang terkaya nomor satu di dunia versi
Majalah Forbes, dengan aset pribadi sebesar $ 62 milyar (setara 619
Triliun rupiah!!!),

Angka ini jelas mengalahkan kekayaan Bill Gates.

Buffet sekaligus filantrop/dermawan nomor satu dunia yang telah
Menyumbangkan lebih dari $ 31 milyar (sekitar Rp. 300 triliun!!!) Dana
Pribadinya untuk sumbangan-sumbangan ...

Berikut 9 aspek kehidupannya yang sangat menarik:

1. Buffet memulai investasi sahamnya pada usia 11 tahun,
Dan IA sangat menyesal memulai investasi saham di usia yang terlambat

2. Dia membeli sebuah lahan pertanian kecil pada usia 14 tahun dari hasil
Tabungannya menjadi loper Koran

3. Dia tetap hidup sederhana dengan gaya hidup yang tidak berubah,
Memiliki rumah dengan 3 kamar tidur kecil di kota kecil Omaha,
Yang IA beli setelah IA menikah 50 tahun yang lalu,
Rumahnya tidak memiliki pagar.

4.Dia mengendarai mobilnya sendiri tanpa seorang sopir ataupun bodyguard
Di dekatnya

5. Dia tidak pernah bepergian menggunakan jet pribadi,
Walaupun IA memiliki perusahaan jet pribadi terbesar di dunia

6. Perusahaannya, Berkshire Hathaway, memiliki 63 perusahaan.
Ia hanya menulis 1 surat setiap tahun ke CEO perusahaan2nya tersebut,
Memberikan mereka tujuan bisnis yang harus dicapai setiap tahunnya. Ia
Tidak pernah mengadakan meeting atau menelepon CEO2 tersebut,
IA hanya memberikan 2 buah peraturan:
1. Rule number 1: Jangan pernah membuat rugi para pemilik saham
2. Rule number 2: Jangan pernah lupa Aturan nomor 1

7. Ia tidak pernah bersosialisasi di klub-klub orang kaya.
Waktu luangnya setelah IA tiba di rumah IA gunakan untuk membuat popcorn,
Dan menonton TV

8. Bill Gates, mantan orang terkaya di dunia,
Tidak pernah berminat untuk menemui Buffet karena tidak melihat adanya
Kesamaan yang mereka miliki, namun 5 tahun yang lalu Bill mencoba membuat
Agenda untuk bertemu dengan Buffet hanya selama 30 menit. Namun meeting
Tersebut justru berlangsung selama 10 jam,
Bill berbincang-bincang lama sekali dengan Buffet.

9. Buffet tidak pernah membawa hanphone,
Maupun PC/laptop di mejanya,

Nasehatnya untuk Anak Muda:

'Stay away from credit cards and invest in yourself and remember:

1. Uang tidak menciptakan manusia. Namun manusia bisa menciptakan UANG....

2. Jalani kehidupan Anda sesederhana diri Anda sendiri. Yang penting diri
Anda NYAMAN...

3. Jangan lakukan apa yang orang lain katakan.
Dengarkan saja mereka, namun lakukanlah hanya apa yang membuat Anda
Merasa nyaman (feel good)

4. Jangan membeli barang karena merknya.
Kenakanlah pakaian yang memang membuat Anda merasa nyaman.

5. Jangan menghabiskan uang Anda untuk barang-barang yang tidak penting.
Gunakanlah uang Anda secara bijaksana untuk kebutuhan yang memang
Benar-benar Anda perlukan.

6. Akhirnya, ini semua adalah kehidupan Anda.
"Hidup ini hanya sekali. Mengapa Anda harus memberikan orang lain
Kesempatan untuk mengatur hidup Anda?. Hiduplah dengan gaya Anda sendiri,
Yang penting Anda senang, Anda puas, Anda nyaman, & Anda bahagia...