Wednesday, February 05, 2014

Idealisme vs Peranan Sosial, Berdamai dengan Keadaan




LET IT GO - FROZEN

The snow glows white on the mountain tonight, not a footprint to be seen.
A kingdom of isolation and it looks like I'm the queen.
The wind is howling like this swirling storm inside.
Couldn't keep it in, Heaven knows I tried.

Don't let them in, don't let them see. Be the good girl you always have to be.
Conceal don't feel, don't let them know. Well, now they know! 
Let it go, let it go! Can't hold it back anymore.
Let it go, let it go! Turn away and slam the door.

I don't care what they're going to say.Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway.

It's funny how some distance, makes everything seem small.
And the fears that once controlled me, can't get to me at all 
It's time to see what I can do, to test the limits and break through.
No right, no wrong, no rules for me. I'm free!

Let it go, let it go. I am one with the wind and sky.
Let it go, let it go. You'll never see me cry
Here I stand, and here I'll stay. Let the storm rage on.
   
My power flurries through the air into the ground. My soul is spiraling in frozen fractals all around
And one thought crystallizes like an icy blast I'm never going back; the past is in the past!

Let it go, let it go. And I'll rise like the break of dawn.
Let it go, let it go That perfect girl is gone Here I stand, in the light of day.
Let the storm rage on! The cold never bothered me anyway

 ***

Mendengar lagu soundtrack film FROZEN yang satu ini, seolah mengingatkan tentang betapa kita kerap kali hidup dikelilingi berbagai peran sosial. Peran sebagai anak, peran sebagai manusia secara pribadi, dan berbagai macam peranan sosial lainnya. 

Gampanngnya, peran sosial ini identik dengan "tuntutan" yang diinginkan lingkungan terhadap seseorang. Misalnya, saat Anda sedang menjalankan profesi sebagai seorang dokter maka Anda harus bersikap selayaknya seorang dokter. Layak yang dimaksud seperti apa? Ya layak versi yang diinginkan lingkungan, misalnya: berwibawa, jaga image, baik, ramah, melayani konsultasi tanya jawab hingga puas, RUM (rational use of medicine), pro asi, dll... Padahal jika menilik lebih dalam ke lubuk hati, bisa saja sebenarnya bukan gaya seperti itu yang Anda sukai.

Sering dengar pernyataan seperti ini? "Masa dokter begitu" atau "Masa guru begitu" atau "masa...masa....masa begini begitu..." yg lain... Nah, ini terjadi jika perilaku Anda tidak sesuai dengan peranan sosial yang diinginkan atau tidak sesuai dengan yang umum terjadi di lingkungan.

Dalam kultur budaya Indonesia dimana peran otoritas orang tua masih sangat kental, sering kali seorang anak dituntut untuk bersikap "baik" sesuai keinginan orang tua. Atau bahkan untuk sebuah cita-cita pun, orang tua sangat besar porsi pengaruhnya. Seringkali belakangan membuat sang anak pada akhirnya menyadari bahwa kehidupannya tidak sesuai dengan kata hatinya, demi selama ini hanya berusaha menjadi “good boy” alias anak baik yang baik sesuai kemauan orangtuanya…

Tak jarang saya menemui kisah nyata mantan petinggi suatu perusahaan di usia pensiunnya hanya ingin dirumah, berkebun. Melakukan apa yang menjadi panggilan hatinya sejak lama namun tak bisa dilakukannya saat ia berada di puncak kesuksesan. Tentu saja kesuksesan yang pastinya membanggakan orang tua nya. Dan di akhir sisa usia produktifnya, apa yang menjadi passion nya itu baru dapat dilakukannya.

Memang dalam hidup ini banyak terjadi bentrok atau bahkan pertentangan yang cukup frontal antara idealism hati pribadi seseorang dengan peranan sosial yang melingkupi lingkungannya berada. Faktanya, kita tak dapat mungkin membahagiakan hati semua pihak (lingkungan dan diri sendiri sekaligus). Tetap ada “perasaan” yang dikorbankan. Kalau bukan perasaan orang lain yang dikorbankan, ya perasaan kita sendirilah yang harus kita kesampingkan sementara waktu. Bahkan mungkin juga kita terpaksa harus menggantukan sementara cita-cita hati kita karena satu dan berbagai hal.

Namun sebenarnya masih ada alternatif “berdamai” dengan lingkungan, terutama orang tua yang selama ini membesarkan dan mendidik kita sehingga bisa menjadi seperti kita yang sekarang ini. 

Berpulang pada prinsip: Ridho Alloh SWT adl Ridho nya orangtua, sebisa mungkin kita jg dapat menyukai apa yang orang tua harapkan, sehingga kalaupun kita akhirnya menjalankan segala ssesuatu, itu sudah atas restu orang tua. Terlalu frontal dan menentang dengan keras sama saja menjadi malin kundang jaman modern bukan? Selama hal itu baik dan banyak memberi manfaat, dan terutama, dapat membahagiakan orang tua kita, why not

Banyak dari kita pasti juga pernah mengalami kondisi  "test the limits and break through, and free!" seperti kebanyakan anak di dunia ini. Mau bebas melakukan apa yang disuka. Tapi ketika itu bertentangan dan bahkan membuat orang tua kecewa, rasanya tetap hampa juga di hati.... Bahkan rasanya malah lebih nyaman ketika kita melihat senyum bangga terpatri di wajah kedua orang tua kita

Terus, kapan jadi “diri sendiri” nya dong? Hey.. jangan lupa… setiap manusia dianugerahi kemampuan yang multidahsyat untuk menjalankan berbagai peranan sosial itu tadi. Dan kita semua punya cukup waktu yang sama, 24jam sehari! Jadi atur waktu sebaik-baiknya. Pasti bisa. Tetap jadi diri sendiri dan bahagia, tapi juga hidup di jalan yang diridhoi orang tua kita.. 

Sebelum menyesal dengan sangat terlambat ketika orang tua sudah tak ada di dunia, karena kita telah banyak membuatnya kecewa... Ketika rasa sesal dan kecewa itu muncul, orang tua kita sudah tak lagi dapat kita sentuh dan tak dapat lagi untuk bersimpuh di kakinya untuk meminta maaf...
 
Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani soghiroh..


*mendadak terasa sesak di dada*

In memoriam of my father... 3 feb 1960- 14 Jan 2013

 



 

2 comments:

a said...

wah saya turut berduka cita mba,

gw suka sountracknya frozen, itu semua yang dicitakan setiap anak bebas dari aturan termasuk saya...

namun saya juga ngerasa pas orang tua kita tiada, being is free jadi menghilang begitu saja, malah kehilangan panutan mba kadang malah kehilangan arah. *jadi curhat*

semangat mba ^^

Elfira Rosa said...

iya..saat ortu ada qt pengen bebas. ketika ortu ga ada malah kerasa ada yg hilang.... hilang panutan, ga ada lg yg kasih aturan ini itu..dll...