foto: dokumentasi pribadi |
Pada akhir 2013 silam terjadi perubahan rencana hidup yang bagi
saya dapat dikatakan merupakan sesuatu yang cukup besar. Secara mendadak,
takdir mengharuskan saya hijrah dan tinggal jauh dari mana-mana (keluarga). Mau
tak mau saya mesti melakukan mobilitas yang cukup tinggi seputaran jabotabek,
terutama di akhir pekan.
Dari yang biasanya mengendarai motor, langkah “kaki” saya
harus diperluas lagi. Mobil Low Cost
Green Car (LCGC) pun menjadi pilihan utama saat itu. Kebetulan, pada waktu
itu gaung mobil murah LCGC sedang santer-santernya. Dan saya pun terpengaruh :D
Dari sekian banyak pilihan mobil LCGC, saya coba test drive semua satu persatu, kecuali Toyota Agya, nggak sempat test drive. Sebelum
mendatangi satu persatu dealer resminya, tak lupa saya melakukan satu kebiasaan
penting di era digital, supaya datang ke tempat tujuan tidak bermodal kepala
yang masih kosong dan minim informasi, yaitu: googling tentang informasinya sebanyak mungkin.
Singkat cerita, setelah membandingkan review sana-sini via
dunia maya, kemudian test drive macam-macam keluaran LCGC, justru pilihan saya
jatuh pada Toyota Agya yang sama
sekali tidak saya datangi dealer nya apalagi untuk coba mengendarai. Entah
faktor sudah percaya dengan brand nya,
atau bisa jadi karena ketika melontarkan pertanyaan tentang merk mobil yang oke
sebagian besar teman saya menjawab: “Mobil,
Ya Toyota, lah....”
Faktor lain yang membuat saya jatuh hati dengan Agya adalah karena mobil ini sudah
lebih dari cukup dari apa yang saya butuhkan. Harga murah, sudah pasti.
Murahan? Nanti dulu! Saya selalu tak setuju jika sesuatu yang murah disebut
murahan. Tergantung dari bagaimana perspektif alias sudut pandang kita ketika
melakukan penilaian. Pilihan saya jatuh pada Agya Tipe TRD S Manual.
Seperti yang kita fahami bersama, harga murah mobil LCGC tak
sepenuhnya karena material yang murah atau spesifikasi yang rendah, melainkan
karena insentif pajak dari regulasi pemerintah terkait LCGC. Syaratnya, mobil
sudah harus ramah lingkungan, hemat BBM (menekan kuota subsidi BBM), dan
kandungan komponen lokal yang cukup tinggi (mengurangi import).
Dengan kebutuhan saya yang kebanyakan untuk pemakaian
sehari-hari dengan jarak tidak terlampau jauh, CC kecil pada Agya tentunya sudah cukup, dan
mendukung penghematan bahan bakar (juga hemat di kantong.hehehe). Jadi bisa
dibilang ini adalah sebuah solusi untuk alat transportasi yang murah dan
nyaman. Pastinya pun ikut berkontribusi mendukung program pemerintah, sebagai
warga negara yang baik.
Pertimbangan lain memilih Agya sebagai pilihan adalah karena pelayanan purna jualnya yang
sudah cukup terkenal baik reputasinya. Selain itu, faktor komunikasi salesnya
yang mampu menarik kepercayaan calon pelanggan pun turut menentukan andil besar
pula. Kebetulan ada kenalan adik saya yang menjadi sales Toyota. Komunikasi
saya dengannya hanya melalui whatsapp. Menjatuhkan pilihan tipe, warna, tanpa
melihat bahkan menyentuh barangnya langsung. Transfer bayar, tau-tau mobil
sudah sampai di hadapan saya. Urusan administrasi yang dibuat mudah tanpa
mengesampingkan faktor keamanan bertransaksi juga salah hatu pelayanan yang
sangat saya acungi jempol.
Lagian jaman sekarang punya uang 100juta lebih dikit mau
pilih mobil yang ramah lingkungan tapi dengan brand sekelas Toyota, ya Cuma Agya pilihan tepat satu-satunya. Kapan
lagi uang 100 juta bisa beli mobil baru dengan design dimanis, efisien, dan performa tetap kuat melalui
jalan-jalan di negri Indonesia tercinta ini?
#IndonesiaBisa!
note:
tulisan ini dibuat sebagai partisipasi dlm Lomba Blog TAM
(Toyota Astra Motor)
No comments:
Post a Comment