Sunday, March 15, 2015

Kenapa Pilih Agya


foto: dokumentasi pribadi

Pada akhir 2013 silam terjadi perubahan rencana hidup yang bagi saya dapat dikatakan merupakan sesuatu yang cukup besar. Secara mendadak, takdir mengharuskan saya hijrah dan tinggal jauh dari mana-mana (keluarga). Mau tak mau saya mesti melakukan mobilitas yang cukup tinggi seputaran jabotabek, terutama di akhir pekan.

Dari yang biasanya mengendarai motor, langkah “kaki” saya harus diperluas lagi. Mobil Low Cost Green Car (LCGC) pun menjadi pilihan utama saat itu. Kebetulan, pada waktu itu gaung mobil murah LCGC sedang santer-santernya. Dan saya pun terpengaruh :D

Dari sekian banyak pilihan mobil LCGC, saya coba test drive semua satu persatu, kecuali Toyota Agya, nggak sempat test drive. Sebelum mendatangi satu persatu dealer resminya, tak lupa saya melakukan satu kebiasaan penting di era digital, supaya datang ke tempat tujuan tidak bermodal kepala yang masih kosong dan minim informasi, yaitu: googling tentang informasinya sebanyak mungkin.

Singkat cerita, setelah membandingkan review sana-sini via dunia maya, kemudian test drive macam-macam keluaran LCGC, justru pilihan saya jatuh pada Toyota Agya yang sama sekali tidak saya datangi dealer nya apalagi untuk coba mengendarai. Entah faktor sudah percaya dengan brand nya, atau bisa jadi karena ketika melontarkan pertanyaan tentang merk mobil yang oke sebagian besar teman saya menjawab: “Mobil, Ya Toyota, lah....

Faktor lain yang membuat saya jatuh hati dengan Agya adalah karena mobil ini sudah lebih dari cukup dari apa yang saya butuhkan. Harga murah, sudah pasti. Murahan? Nanti dulu! Saya selalu tak setuju jika sesuatu yang murah disebut murahan. Tergantung dari bagaimana perspektif alias sudut pandang kita ketika melakukan penilaian. Pilihan saya jatuh pada Agya Tipe TRD S Manual. 

Seperti yang kita fahami bersama, harga murah mobil LCGC tak sepenuhnya karena material yang murah atau spesifikasi yang rendah, melainkan karena insentif pajak dari regulasi pemerintah terkait LCGC. Syaratnya, mobil sudah harus ramah lingkungan, hemat BBM (menekan kuota subsidi BBM), dan kandungan komponen lokal yang cukup tinggi (mengurangi import).

Dengan kebutuhan saya yang kebanyakan untuk pemakaian sehari-hari dengan jarak tidak terlampau jauh, CC kecil pada Agya tentunya sudah cukup, dan mendukung penghematan bahan bakar (juga hemat di kantong.hehehe). Jadi bisa dibilang ini adalah sebuah solusi untuk alat transportasi yang murah dan nyaman. Pastinya pun ikut berkontribusi mendukung program pemerintah, sebagai warga negara yang baik.

Pertimbangan lain memilih Agya sebagai pilihan adalah karena pelayanan purna jualnya yang sudah cukup terkenal baik reputasinya. Selain itu, faktor komunikasi salesnya yang mampu menarik kepercayaan calon pelanggan pun turut menentukan andil besar pula. Kebetulan ada kenalan adik saya yang menjadi sales Toyota. Komunikasi saya dengannya hanya melalui whatsapp. Menjatuhkan pilihan tipe, warna, tanpa melihat bahkan menyentuh barangnya langsung. Transfer bayar, tau-tau mobil sudah sampai di hadapan saya. Urusan administrasi yang dibuat mudah tanpa mengesampingkan faktor keamanan bertransaksi juga salah hatu pelayanan yang sangat saya acungi jempol. 

Lagian jaman sekarang punya uang 100juta lebih dikit mau pilih mobil yang ramah lingkungan tapi dengan brand sekelas Toyota, ya Cuma Agya pilihan tepat satu-satunya. Kapan lagi uang 100 juta bisa beli mobil baru dengan design dimanis, efisien, dan performa tetap kuat melalui jalan-jalan di negri Indonesia tercinta ini?

#IndonesiaBisa!

note:
tulisan ini dibuat sebagai partisipasi dlm Lomba Blog TAM

(Toyota Astra Motor)



23032015



No comments: